PERTOLONGAN ALLAH

Oleh : Zirlyfera Jamil
Sumber : Ummi, No. 7/XX November 2008 / 1429 H
.
.

Anas bin Malik bercerita bahwa seorang sahabat Rasulullah saw. yang bernama Abu Ma’laq pernah mengalami peristiwa istimewa yang sangat menakjubkan untuk didengar hingga hari ini.  Peristiwa itu dimulai ketika Abu Ma’laq tengah mengadakan perjalanan dagang ke luar negeri yang saat itu dilakukan dengan mengendarai unta dan kuda melewati lembah dan bukit padang pasir.

Abu Ma’laq saat itu sudah terkenal sebagai pedagang yang tekun dan juga seorang hamba Allah yang taat beribadah.  Dalam keseharian, Abu Ma’laq selalu berusaha menjalankan segala perintah Allah dan berusaha menjauhi semua larangan-Nya.  Maka perpaduan ketekunan dan keshalihan ini membuat Abu Ma’laq menjadi pedagang yang jujur dan karenanya terus menerus beruntung.

Nah, dalam perjalanan kali ini, rupanya seorang perampok sudah mengintai kehadiran Abu Ma’laq.  Dia melihat bahwa Abu Ma’laq membawa banyak harta dan hewan yang kuat.  Begitu Abu Ma’laq mendekat, sang perampok segera menghunus pedangnya dan mengancam Abu Ma’laq.

“Kumpulkan dan berikan seluurh hartamu!” bentak sang perampok.

Dalam kondisi terjepit dan tidak ada teman yang dapat menolong, Abu Ma’laq pun menuruti perintah sang perampok.  Dikumpulkannya hartanya dan diserahkannya pada sang perampok, termasuk hewan tunggangannya.

Abu Ma’laq mengira sang perampok akan membawa harta itu pergi, namun dia justru tampak mendekati Abu Ma’laq sambil tetap menghunus senjatanya.

“Nah, sekarang, aku akan membunuhmu”, kata sang perampok dengan kejam.

Abu Ma’laq terkejut dan berkata dengan geram dan heran, “Bukankah hartaku sudah kuserahkan semua, mengapa kau masih bermaksud membunuhku juga?”

“Hartamu memang sudah menjadi milikku.  Tapi aku tetap akan membunuhmu.  Aku tidak bisa membiarkan seorang korban menjadi saksi hidup”, jawab si perampok dengan keji.

Abu Ma’laq melihat kesungguhan di wajah keras sang perampok.  Maka tahulah Abu Ma’laq tidak ada lagi kesempatan dirinya untuk berkata-kata apa.  Maka dia pun hanya bisa memasrahkan dirinya kepada Allah SWT semata.

“Izinkan aku sholat terlebih dahulu”, kata Abu dengan tenang.

Baik, silakan saja shalat seberapa pun engkau mau”, tantang si perampok sambil setengah mengejek.

Maka Abu Ma’laq pun shalatlah empat rakaat dan di dalam sujud terakhirnya dia berdoa kepada Allah : “Wahai Allah Yang Maha Penyayang, pemilik Arsy yang Maha Mulia.  Wahai yang Maha Berbuat apapun yang Engkau kehendaki, aku memohon dengan keperkasaan-Mu yang tidak tertandingi, kekuasaan-Mu yang tidak terkalahkan, dan cahaya-Mu yang memenuhi seluurh penjuru Arsy, tolonglah diriku wahai Yang Maha Penolong, halangilah kejahatan perampok ini kepadaku”.

Abu Ma’laq mengulang doa itu tiga kali dan mengakhiri shalatnya.  Tak lama kemudian, tiba-tiba saja seorang penunggang kuda yang nampak gagah datang mendekati mereka.  Sepucuk tombak tampak terhunus di atas kepala kudanya.  Dan ketika jaraknya sudah cukup, tombak itu pun menusuk tubuh perampok yang saat itu hampir saja membunuh Abu Ma’laq yang sudah selesai shalat.

Perampok itu terbujur di tanah.  Abu Ma’laq yang keheranan pun bertanya, “Siapa kau?  Dan bagaimana engkau tiba-tiba bisa datang menyelamatkan diriku di tengah padang yang kosong yang jauh dari mana-mana ini?”

Sang penunggang unta pun menjawab.  “Aku adalah malaikat dari langit yang keempat.  Ketika engkau melantunkan doamu pertama kali, aku mendengar di langit bunyi gemeretak seolah-olah dinding langit berderak retak.  Ketika kamu mengulang doa itu untuk kedua kalinya, langit berguncang dan penduduk langit menjadi riuh karena bertanya siapakah orang yang telah memanjatkan doa yang sedemikian dahsyat hingga menggetarkan langit, dan ketika kamu mengulang doa itu untuk
ketiga kali, aku mendengar bahwa doa itu dikeluarkan oleh seorang hamba shalih yang tengah mendapat kezaliman.  Maka aku pun meminta izin pada Alla
h untuk menolongmu dan Allah pun mengabulkan”.

Setelah itu sang malaikat pun berderap kembali ke tengah gurun dan menghilang.  Abu Ma’laq hampir saja tak dapat mempercayai apa yang dilihat dan didengar.  Namun, ternyata itulah yang terjadi.  Dia dan seluruh harta bendanya selamat.  Maka Abu Ma’laq pun semakin meyakini bahwa Allah Maha Mendengar doa setiap hamba-Nya yang shalih.


***

.